PERANGKAT KONEKSI
4.1 Bridge
4.1.1 Pengertian
Bridge adalah relay atau perangkat koneksi yang digunakan untuk menggabungkan beberapa LAN. Sebuah bridge dapat menghubungkan segmen jaringan bersama dan memfilter traffic dengan membaca packet address yang menghubungkan jaringan yang berbeda. Namun sebuah bridge tidak dapat menentukan jalur mana yang paling efisien untuk mentransmisikan data dan tidak dapat menyediakan fungsi traffic management (melewatkan kemacetan). Fungsi-fungsi bridge dapat dilakukan oleh sebuah server atau device bridge mandiri. Aturan umumnya adalah tidak boleh ada lebih dari empat bridge pada satu LAN.
4.1.2 Pelewatan traffic antara segmen-segmen LAN oleh bridge
Sebuah bridge mengecek MAC (Media Access Control) Address (MAC addrees adalah nomor/address yang ada pada hardware dan merupakan 12 digit bilangan hexadecimal atau juga dikenal sebagai physical address) dari tiap paket yang diterimanya. Bridge menentukan alamat tujuan paket dan membandingkannya dengan tabel routing yang dimilikinya. Berdasarkan pembandingan ini, bridge melakukan tiga tugas:
1. Jika alamat tujuan pada tabel routing dan berlokasi di segmen yang sama dengan pengirim, paket dihilangkan. (Tidak ada keperluan untuk melewatkannya melalui bridge jika ia dialamatkan ke host didalam segmennya.)
2. Jika alamat tujuan berada dalam tabel routing dan berlokasi pada segmen yang berbeda, paket kemudian diteruskan ke segmen tersebut.
3. Jika alamat tujuan tidak berada pada tabel routing, paket kemudian diteruskan ke semua segmen.
Dan sebagai tambahan bahwa saat bridge menerima paket dari satu host yang dialamatkan ke host pada sisi yang lain, bridge melewatkan frame date melalui koneksi tersebut. Jika bridge mendeteksi traffic yang dialamatkan ke segmen aslinya, bridge tidak mengijinkan traffic untuk lewat. Dengan cara ini bridge melakukan fungsi filtering yang mengurangi keseluruhan traffic network. Meskipun bridge dapat mempelajari MAC address dari terminal pada jaringan, ia tidak dapat menentukan jalur yang paling efisien untuk mengirimkan data. Tugas ini membutuhkan sebuah router.
4.1.3 Pembuatan tabel routing oleh bridge
Tabel routing untuk bridge berbeda dengan tabel routing yang digunakan oleh router. Tabel routing yang digunakan bridge bersasarkan pada MAC address bukannya IP address. Tidak seperti router, bridge tidak berbicara dengan sesamanya untuk mengupdate tabel routingnya. Walau bagaimanapun, kebanyakan bridge dapat memonitor dan mempelajari alamat dari tiap-tiap terminal pada jaringan. Mereka menggunakan informasi ini untuk membentuk tabel routing.
Saat bridge menerima sebuah paket, ia menguji sumber MAC addressnya dan menggunakan informasi ini untuk menambah atau mengupdate tabel routingnya. Sebuah bridge hanya perlu mengetahui suatu MAC address berada pada segmen yang mana sehingga ia bisa secara tepat meneruskan paketnya. Saat ia menguji sebuah paket, ia mungkin tidak tahu pada segmen yang mana alamat tujuan berada, tapi ia tahu dari segmen yang mana paket berasal. Jadi MAC address sumber dan segmennya ditambahkan ke tabel routingnya. Setiap waktu tabel routingnya diupdate dengan semua MAC address dan segmen.
4.1.4 Kegunaan bridge
1. Memperluas/menambah jarak dari jaringan yang ada
2. Menambah jumlah workstation pada jaringan
3. Mengurangi kemacetan trafic (dengan network partitioning)
4. Menyediakan koneksi ke jaringan yang berbeda (misalnya ethernet ke Token Ring)
5. Memindahkan data melalui intermediate network dengan protokol yang berbeda
4.1.5 Kegunaan bridge dalam partisi jaringan (network partitioning)
Jika performansi jaringan menurun karena berlebihan traffic, satu kemungkinan solusi adalah mempartisi/membagi jaringan menjadi dua atau lebih segmen. Sebuah jaringan dapat dipartisi menggunakan bridge. Bridge ini disisipkan antara dua segmen LAN dan sebagaimana traffic mengalir melalui LAN, bridge ini memfilter dan meneruskan sesuai dengan alamatnya. Hanya traffic yang ditujukan ke segmen yang lain yang diijinkan melewati bridge. Partitioning kadang disebut juga sebagai segmenting network.
Jika kelebihan traffic mulai menurunkan performance, salah satu solusi adalah mempartisi jaringannya. Sebagai contoh, asumsikan sebuah jaringan perusahaan menghubungan departemen accounting dan marketing yang menghasilkan sejumlah pesan berikut selama hari kerja: Marketing ke Marketing: 200; Marketing to Accounting: 100; Accounting to Marketing: 100; dan Accounting ke Accounting: 200.
Tanpa partisi, semua traffic akan mengalir melalui kedua departemen. Jadi, 600 pesan akan diarahkan ke tiap-tiap host. Bagaimanapun, jika kedua departemen dipartisi dengan memisahkannya dengan bridge, semua pesan internal marketing akan tetap berada pada sisi jaringannya. Hanya pesan yang ditujukan ke accounting yang melewati bridge ke segmen accounting. Kebalikannya juga berlaku. Segmen marketing tidak akan dipenuhi dengan pesan internal dari accounting. Hasilnya adalah 50% penurunan pada keseluruhan network traffic; setiap segmen sekarang hanya memproses 300 pesan.
Sebagai aturan umum, jika apa yang kita inginkan adalah partisi jaringan, bridge adalah pilihan utama dari pada sebuah router karena ia beroperasi dengan overhead yang lebih sedikit.
Bridge mampu untuk menghubungkan LAN yang menggunakan physical dan MAC-layer protokol yang berbeda, seperti Ethernet dengan Token Ring. Bagaimanapun, ada beberapa masalah potensial dengan koneksi ini:
1. Token ring mempunyai mekanisme untuk mengatur prioritas transmisi sedangkan ethernet tidak.
2. Paket ethernet lebih kecil dan strukturnya berbeda dengan paket token ring
3. Informasi paket Ethernet dikodekan berbeda dengan paket token ring
4. Ethernet menggunakan transparent bridging untuk mengidentifikasikan alamat jaringan dan token ring menggunakan source routing.
Sebuah transalation bridge bisa digunakan untuk mengeliminasi kemungkinan masalah berhubungan dengan penggabungan LAN ethernet dan token ring. Dibanding yang lainnya, bridge tipe ini mampu untuk menghilangkan data dari satu frame (misalnya ethernet) dan membungkusnya kembali menjadi frame yang lain (misalnya token ring).
Tranparent bridging dan source routing adalah dua teknik pembelajaran yang digunakan oleh bridge untuk membentuk tabel alamat dari semua terminal pada jaringan. Tanpa adanya teknik ini, sistem administrator harus secara manual mengupload alamat-alamatnya ke dalam bridge.
1. Transparent bridging digunakan pada network Ethernet. Bridge mempelajari alamat terminal dengan menguji frame jika mereka lewat. Tabel alamat mengasosiasikan alamat sumber dari frame data dengan alamat jaringannya. Tabel ini dipantau terus menerus dan diperbaharui jika jaringan berubah.
2. Source routing digunakan pada network token ring. Bridge mempelajari alamat terminal dengan mempunyai sebuah node sumber yang mengirimkan paket penjelajah. Multiple paket explorer dikirimkan melalui jaringan ke tujuannya. Kemudian mereka melaporkan kembali ke node sumber yang menentukan jalur yang paling efisien. Informasi jalur ini kemudian disimpan di dalam bridge dan semua transmisi berikutnya menggunakan jalur ini.
Jadi perlu diingat bahwa tujuan dari baik transparent bridging maupun source routing adalah untuk menjaga bridge membuat looping dalam jaringan. Perbedaannya adalah transparent bridging adalah metode ethernet untuk menghindari looping dan source routing adalah metode token ring untuk menghindari looping.
4.2 Router
4.2.1 Pengertian
Router adalah relaying device yang digunakan untuk menghubungkan dua atau lebih jaringan, baik secara lokal ataupun melalui WAN. Kunci utama kelebihan router adalah kemampuannya untuk menentukan path terpendek ke tujuan. Tambahannya, router menawarkan kemampuan fault tolerance untuk merutekan trafik melalui link alternatif jika link utamanya sibuk atau putus. Router bisa berupa sebuah perangkat yang dirancang khusus berfungsi sebagai router (dedicated router), atau bisa juga berupa sebuah PC yang difungsikan sebagai router.
Router dapat mentransfer data antara dua jaringan dengan protokol dibawahnya yang berbeda (physical dan data link). Jadi, router bisa menghubungkan ethernet dengan token ring. Tapi, agar router berfungsi, protokol pada network layer dan layer yang lebih tinggi harus sama. Sebagai tambahan, protokol harus routeable.
Router beroperasi di network layer pada model OSI, sehingga secara teknis router adalah layer 3 gateway (Layer 4 gateway jika router tersebut mengimplementasikan ACL, namun hal tersebut tidak dibahas dalam tulisan laporan ini). Tidak seperti bridge, router melihat IP address, bukan MAC address. Lebih spesifik, mereka hanya melihat pada ID jaringan dari alamat, bukan host ID. Router tidak melewatkan broadcast. Badai broadcast dapat terjadi jika banyak host melakukan broadcasting pada saat yang sama.
4.2.2 Tabel Routing
Tabel routing berisi masukan dengan IP address router interface dari jaringan lain. Ia tidak berisi alamat untuk tiap host pada tiap-tiap jaringan. Ia hanya menyimpan alamat dari router yang menyediakan interface ke jaringan tersebut.
Umumnya tabel routing berisi empat potongan informasi: network address
(ID net tujuan); net mask (untuk menentukan subnetting), address dari router untuk network ID (near-side address); dan metric (jumlah hop ke router tersebut).
4.2.3 Cara kerja router
Router menggunakan tabel routing yang disimpan dalam memorynya untuk membuat keputusan tentang kemana dan bagaimana paket dikirimkan. Router melihat informasi dari paket yang diterimanya dengan menentukan ID jaringan dari IP address. Kemudian ia memeriksa ID jaringan ini pada tabel routingnya untuk menentukan tujuannya. Jika router dapat meneruskan paket secara langsung ke tujuan, ia akan melakukannya. Jika tidak, ia mencari ip address dari router yang mempunyai interface untuk jaringan tersebut. Ia kemudian mengirim paket ke router tersebut untuk diteruskan. Jika tidak ada masukan yang sesuai pada tabel routing, router akan mengirimkan paket ke gateway defaultnya. (Hop adalah pelewatan melalui sebuah router. Jika paket harus berjalan melalui tiga router untuk sampai ke tujuannya, ia dikatakan mempunyai 3 hop).
Saat paket melewati router, MAC address sumber asli dan tujuan dibuang dan dibuat kembali. (Tapi IP address sumber dan tujuan tidak dirubah). MAC address sumber dari host pengirim diganti dengan kepunyaan router dan MAC address tujuan diganti dengan kepunyaan router berikutnya, jika paket bisa diteruskan secara langsung, diganti dengan kepunyaan host tersebut. Proses penghilangan dan pembuatan kembali MAC address membutuhkan sumber pemrosesan.
4.2.4 Perbedaan antara router statik dan router dinamik
Router dinamik mampu membuat tabel routingnya sendiri dengan berbicara ke sesama router. Untuk melakukannya ia menemukan rute dan rute alternatif yang berada pada jaringan. Router dinamik bisa membuat keputusan pada rute yang mana sebuah paket mencapai tujuan. Umumnya ia mengirimkan paket ke rute yang paling efisien, salah satu yang menghasilkan jumlah hop lebih sedikit. Bagaimanapun, jika rute macet, router dinamik dapat mengirimkan paket ke rute alternatif.
4.2.5 Pertukaran informasi antara router
Router dinamik menggunakan apa yang disebut sebagai “interior gateway protocol” untuk mempertukarkan informasi routingnya. Dua dari protokol yang paling umum adalah RIP (Routing Information Protocol) dan OSPF (Open Shortest Path First). RIP menggunakan Distance-Vector Algorithm (DVA) untuk menghitung path routingnya. DVA mendasarkan keputusan rutingnya pada jumlah hop yang paling sedikit dan mempertukarkan tabel rutingnya diantara ruter-ruter yang lain setiap 30 detik. OSPF menggunakan sebuah link-state algorithm yang membutuhkan pemrosesan yang lebih besar dibanding DVA, tapi menawarkan kontrol lebih. Tabel routing diperbaharui sebagaimana memungkinkan.
4.2.6 Mengkonfigurasikan Router Cisco
Router tidak mempunyai layar monitor untuk berinteraksi dengan administrator jaringan, oleh karena itu kita membutuhkan sebuah PC untuk mengatur sebuah router. PC tersebut harus disambungkan ke router tersebut dengan salah satu dari cara berikut: 1) melalui console port, 2). melalui jaringan
1. Men-konfigurasi Router melalui Console Port
Console port adalah sebuah port pada router yang disediakan untuk menghubungkan router tersebut pada “dunia luar”. Sebuah kabel Roll Over dibutuhkan untuk menghubungkan serial interface pada PC dan Console port pada router tersebut. Setelah Router terhubung dengan PC, Router dapat dikonfigurasi dengan menjalankan applikasi HyperTerminal (jika menggunakan sistem operasi windows) dari PC.
2. Men-konfigurasi router melalui jaringan
Dengan cara ini, router dapat dikonfigurasi dengan PC yang terhubung dengan router melalui jaringan. Cara ini hanya bisa digunakan untuk melihat konfigurasi dan memodifikasi konfigurasi pada router. Karena sebuah router hanya akan terhubung ke jaringan jika Network Interface-nya sudah terkonfigurasi dengan benar. Di sisi lain, cara ini juga mempunyai kelebihan. Dengan cara ini, administrator jaringan lebih leluasa menempatkan PC-nya untuk memodifikasi konfigurasi router. Administrator jaringan bisa menempatkan PC-nya di mana saja, asalkan PC tersebut bisa terhubung ke Router melalui jaringan. Dengan cara ini, administrator jaringan membutuhkan aplikasi telnet untuk mengkonfigurasi router tersebut.
Berikut adalah langkah-langkah menggunakan telnet pada PC dengan sistem operasi windows:
a. Jalankan command prompt (atau MS DOS prompt pada Windows 9x)
b. Ketik perintah berikut pada command prompt:
C:\> telnet IP-address-Router
Contoh:
C:\> telnet 10.21.20.248
3. Inisialisasi konfigurasi router
Konfigurasi Router disimpan pada sebuah memory spesial pada router yang disebut NonVolatile Random-Access Memory (NVRAM). Jika tidak ada konfigurasi yang tersimpan pada NVRAM, maka sistem operasi pada router akan menjalankan sebuah routine yang akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan digunakan untuk mengkonfigurasi router tersebut. Routine ini dalam kosakata windows dikenal dengan nama wizard. Namun pada router cisco, routine ini disebut dengan nama system configuration dialog atau setup dialog. Setup dialog ini hanya dirancang untuk membuat konfigurasi minimal, karena tujuan utama dari mode setup ini hanyalah untuk membuat konfigurasi secara cepat dan mudah. Untuk konfigurasi yang komplek, administrator jaringan harus melakukannya secara manual. Setup Dialog bisa juga dipanggil walaupun NVRAM sudah berisi konfigurasi. Administrator cukup mengetik command setup pada CLI (Command Line Interface) dan setup dialog akan dieksekusi.
Berikut adalah contoh pemanggilan setup dialog dari CLI.

Gambar 4.2 Contoh Pemanggilan Setup Dialog dari CLI.
4. Tingkat Akses Perintah
Untuk tujuan keamaan, perintah-perintah yang bisa dijalankan dari CLI dibagi menjadi 2 tingkat akses, yaitu :
a. User Mode
User Mode ditujukan untuk melihat status router. Perintah-perintah yang diizinkan pada mode ini tidak bisa mengubah konfigurasi router, sehingga mode ini lebih aman ketika seorang administrator jaringan hanya ingin melihat status router dan tidak ingin mengubah konfigurasi.
b. Privileged Mode
Privileged Mode mempunyai tingkat akses yang lebih tinggi. Dengan mode ini, administrator jaringan bisa mengubah configurasi router. Oleh karena itu, mode ini sebaiknya digunakan dengan hati-hati sekali untuk menghindari perubahan yang tidak diinginkan pada router tersebut.
Saat log on ke router pertama kali, anda akan masuk pada user mode, dengan prompt berupa tanda (>). Untuk berpindah dari user mode ke priviledge mode, anda harus mengeksekusi perintah enable pada prompt. Prompt akan berubah menjadi tanda (#) ketika anda berada pada Privilged mode. Untuk kembali ke user mode dari priviledge mode, anda harus mengeksekusi perintah disable pada command prompt.
Contoh :
router con0 is now available
Press RETURN to get started
router >
router > enable
router # disable
router >
router > logout
5. Mengubah Konfigurasi Router
Seperti telah disinggung di bagian sebelumnya, Setup Dialog tidak dirancang untuk memodifikasi Konfigurasi Router ataupun membuat Konfigurasi Router yang komplex. Oleh karena itu, untuk keperluan ini, harus dilakukan secara manual dengan memasuki Mode Konfigurasi. Pengubahan konfigurasi ini bisa dilakukan langsung melalui console atau secara remote melalui jaringan seperti telah diulas pada bagian awal. Setelah PC terhubung ke router, maka administrator jaringan harus memasuki Privileged Mode dulu seperti yg telah disinggung dalam bagian keempat. Akhirnya, konfigurasi dapat diubah dengan perintah configure terminal untuk memasuki global configuration mode yang kemudian diikuti dengan baris-baris konfigurasi. Setelah baris-baris configurasi dituliskan, perintah exit akan diperlukan untuk keluar dari global configuration mode.
Contoh : mengubah konfigurasi router
router con0 is now available
Press RETURN to get started
router >
router > enable
router # configure terminal
router (config) # interface ethernet 0
router (config-if) # description IT Department LAN
router (config-if) # exit
router (config) # exit
router #
6. Mengkonfigurasi Interface
Seperti telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, tugas router adalah meneruskan paket-paket dari sebuah jaringan ke jaringan yang lainnya. Sehubungan dengan tugas tersebut, network interface harus dikonfigurasi sesuai dengan karakteristik-nya. Perintah interface pada mode konfigurasi global disediakan untuk mengkonfigurasi interface-interface pada router. Ada berbagai tipe interface yang dikonfigurasi dengan perintah ini antara lain: Ethernet, Token Ring, FDDI, serial, HSSI, loopback, dialer, null, anync, ATM, BRI, dan tunnel. Dalam tulisan ini, hanya Ethernet dan Serial saja yang akan dibahas lebih lanjut.
a. Mengkonfigurasi Ethernet interface
Seperti telah dijelaskan di atas, perintah interface harus dijalankan pada mode konfigurasi global. Untuk memasuki mode konfigurasi global, gunakan perintah configure terminal, seperti yang telah dijelaskan pada bagian 4.5.
Format perintah interface untuk memasuki mode konfigurasi interface untuk Ethernet pada router yang hanya mempunyai satu slot adalah:
interface ethernet nomer-port
Beberapa jenis router memiliki banyak slot, seperti misalnya Cisco 2600,3600 dan 4000. Untuk router-router dengan banyak slot, format perintahnya adalah:
interface ethernet nomer-slot/nomer-port
Setelah memasuki mode konfigurasi interface dengan perintah di atas, barulah Ethernet tersebut dapat dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan. Konfigurasi paling dasar yang dibutuhkan agar Ethernet dapat meneruskan paket-paket adalah IP address dan subnet mask. (Diasumsikan bahwa protocol yang digunakan oleh router tersebut adalah TCP/IP).
Format konfigurasinya adalah:
ip address IP-address subnet-mask
Contoh : konfigurasi interface Ethernet
Router# configure terminal
Router(config)# interface ethernet 1/0
Router(config-if)# description LAN pada Department IT
Router(config-if)# ip address 172.16.148.1 255.255.255.128
Router(config-if)# exit
Router(config)# exit
Router#
b. Mengkonfigurasi serial Interface
Serial interface adalah interface yang seringkali digunakan untuk koneksi ke WAN (Wide Area Network). Koneksi serial membutuhkan clocking untuk sinkronisasi. Dan oleh karena itu, hubungan serial ini harus mempunyai 2 sisi, yaitu DCE (data circuit terminating equipment) dan DTE (data terminal equipment). DCE menyediakan clocking dan DTE akan mengikuti clock yang diberikan oleh DCE. Kabel DCE mempunyai koneksi female (perempuan), sedangkan kabel DTE mempunyai koneksi male (jantan).
Pada prakteknya, DCE biasanya disediakan oleh service provider yang biasanya adalah merupakan koneksi ke CSU/DSU. Router sendiri biasanya hanyalah berperan sebagai DTE sehingga router tersebut tidak perlu menyediakan clocking. Walaupun demikian, cisco router juga bisa berperan sebagai DCE yang menyediakan clocking. Fungsi ini biasanya dipakai untuk uji coba router dimana kita bisa menghubungkan 2 buah router back to back sehingga salah satu router harus berfungsi sebagai DCE agar koneksi bisa terjadi.
Contoh : konfigurasi interface serial sebagai DTE
Router # configure terminal
Router(config)# interface serial 0
Router(config-if)# description WAN ke Natuna
Router(config-if)# ip address 172.16.158.1 255.255.255.252
Router(config-if)# bandwith 64
Router(config-if)# exit
Router(config)# exit
Router#
Contoh : konfigurasi interface serial sebagai DCE
Router # configure terminal
Router(config)# interface serial 0
Router(config-if)# description Lab Cisco sebagai DCE
Router(config-if)# ip address 172.16.158.1 255.255.255.252
Router(config-if)# bandwith 64
Router(config-if)# clock rate 64000
Router(config-if)# exit
Router(config)# exit
Router#
c. Men-disable sebuah interface
Kadangkala kita perlu mematikan/mendisable sebuah interface untuk keperluan troubleshooting ataupun administratif. Untuk keperluan tersebut, dapat digunakan perintah shutdown pada interface yang bersangkutan. Dan untuk menghidupkannya kembali, dapat digunakan perintah no shutdown.
Contoh 6.3-1: mematikan interface
Router(config)# interface serial 0
Router(config-if)# shutdown
Router(config-if)# exit
Router(config)#
Contoh 6.3-2: menghidupkan interface
Router(config)# interface serial 0
Router(config-if)# no shutdown
Router(config-if)# exit
Router(config)#
7. Routing
Akhirnya, setelah interface terkonfigurasi, router memerlukan sebuah proses agar router tahu bagaimana dan kemana sebuah paket harus diteruskan. Proses ini disebut proses routing. Routing dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu: static dan dynamic yang perbedaannya telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Dan pada laporan ini tidak membahas tentang konfigurasi router dynamic, disini saya akan menjelaskan tentang router ststic saja.
Static Routing dapat dilakukan dengan memasukkan baris ip route pada mode
konfigurasi global. Adapun format penulisan baris tersebut adalah:
ip route network [mask] {alamat | interface }
Dimana:
1) network adalah network tujuan
2) mask adalah subnet mask
3) alamat adalah IP address ke mana network akan dilewatkan
4) interface adalah nama interface yang digunakan untuk melewatkan paket yang ditujukan

Gambar 4.3 Routing
Gambar di atas memperlihatkan sebuah LAN yang terhubung ke WAN melalui 2 buah router, yaitu router A dan router B. Agar LAN tersebut bisa dihubungi dari WAN, maka router A perlu diberikan static routing dengan baris perintah seperti berikut:
RouterA(config)# ip route 172.16.10.0 255.255.255.0 172.16.158.1
Dan agar router B bisa meneruskan paket-paket yang ditujukan ke WAN, maka router B perlu dikonfigurasi dengan static routing berikut:
RouterB(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 172.16.158.2
8. Menyimpan dan mengambil konfigurasi
Berbagai konfigurasi yang telah kita tuliskan dengan perintah configure terminal hanya akan disimpan pada RAM yang merupakan memory volatile. Jika konfigurasi ini tidak disimpan di NVRAM (Non valotile RAM), maka konfigurasi tersebut akan hilang ketika router dimatikan atau direstart. Secara default, Router akan mengambil konfigurasi dari NVRAM saat start up, meletakkannya di RAM, dan kemudian menggunakan konfigurasi yang ada pada RAM untuk beroperasi.
Untuk menyimpan konfigurasi yang ada di RAM ke NVRAM, diperlukan baris perintah berikut pada privileged mode:
Router# copy running-config startup-config
Sebaliknya, untuk mengambil konfigurasi yang ada di NVRAM dan meletakkannya pada RAM, dapat digunakan perintah berikut pada privileged mode:
Router# copy startup-config running-config
Dan untuk melihat konfigurasi yang sedang beroperasi (pada RAM), dapat digunakan perintah show running-config pada privileged mode.
Contoh : melihat running-config
Router# show running-config
Building configuration...
Current configuration : 4479 bytes
!
! Last configuration change at 12:23:26 UTC Fri Oct 10 2005
!
version 12.2
service timestamps debug datetime msec localtime show-timezone
service timestamps log datetime msec localtime show-timezone
service password-encryption
!
hostname solok-andre
!
…. Dan selanjutnya …..
4.3 Gateway
Gateway adalah relaying device yang paling pintar. Ia bisa digunakan untuk Pengkoneksian sistem dengan protokol, format, bahasa, dan arsitektur yang berbeda dengan cara bertindak sebagai sebuah translator.
Sebuah gateway dapat digunakan untuk menghubungan dua sistem yang secara penuh berbeda seperti sebuah mainframe (SNA) dengan sebuah PC LAN (IPX/SPX). Hal ini mungkin karena gateway melakukan fungsi translasi protokol. Sebagai translator, sebuah gateway me-repackage data yang datang dan merubah sintaknya untuk cocok dengan sistem tujuannya. Karena translation adalah proses yang komplek, gateway cenderung lebih lambat dan dapat menjadi bottleneck (kemacetan) pada jaringan. Gateway umumnya dikatakatan untuk berfungsi di application layer pada model OSI. Pada kenyatannya, ia melakukan fungsi keseluruhan layer-nya.
4.4 Hub, Repeater & Switch
4.4.1 Hub
Hub adalah istilah umum yang digunakan untuk menerangkan sebuah central connection point untuk komputer pada jaringan. Fungsi dasar yang dilakukan oleh hub adalah menerima sinyal dari satu komputer dan mentransmisikannya ke komputer yang lain. Sebuah hub bisa active atau passive. Active hub bertindak sebagai repeater; ia meregenerasi dan mengirimkan sinyal yang diperkuat. Passive hub hanya bertindak sebagai Kotak sambungan; ia membagi/memisahkan sinyal yang masuk untuk ditransmisikan ke seluruh jaringan. Hub adalah sentral untuk topologi star (bintang) dan mengijinkan komputer untuk ditambahkan atau dipindahkan pada jaringan dengan relatif mudah.
Kapabilitas yang disediakan hub atau fungsi tambahan selain sebagai central connection point, hub menyediakan kemampuan berikut:
1. sebagai fasilitas penambahan, penghilangan atau pemindahan workterminal.
2. menambah jarak jaringan (fungsi sebagai repeater)
3. menyediakan fleksibilitas dengan mensupport interface yang berbeda (Ethernet, Token Ring, FDDI).
4. menawarkan fitur yang fault tolerance (toleransi kerusakan)
5. memberikan manajemen servis yang tersentralisasi (koleksi informasi, diagnostic)
Namun kekurangannya, hub cukup mahal, membutuhkan kabel tersendiri untuk berjalan, dan akan mematikan seluruh jaringan jika ia tidak berfungsi.
Cara kerja Hub :
Hub pada dasarnya adalah sebuah pemisah sinyal (signal splitter). Ia mengambil bit-bit yang datang dari satu port dan mengirimkan copynya ke tiap-tiap port yang lain. Setiap host yang tersambung ke hub akan melihat paket ini tapi hanya host yang ditujukan saja yang akan memprosesnya. Ini dapat menyebabkan masalah network traffic karena paket yang ditujukan ke satu host sebenarnya dikirimkan ke semua host (meskipun ia hanya diproses oleh salah satu yang ditujukannya saja).
4.4.2 Repeater
Repeater yang merupakan hub yang bersifat aktif, adalah sebuah device yang meregenerasi/menghasilkan kembali sinyal yang ditransmisikan pada kabel. Repeater mengijinkan sinyal untuk mengalir diluar batas keterbatasan panjang kabel. Sebuah repeater tidak melakukan translasi atau filterisasi paket.
Karakteristik repeater :
1. digunakan untuk meregenerasi sinyal baseband yang ada
2. digunakan terutama pada topologi bus koaksial (linear)
3. segmen yang dihubungkan oleh sebuah repeater harus menggunakan metode media access control (MAC) yang sama (misalnya, sebuah repeater tidak bisa melewatkan traffic antara ethernet dan token ring)
4. repeater bisa melewatkan traffic antara beberapa media yang berbeda (misalnya, coax ke fiber optic) jika interface yang sesuai tersedia repeater tidak melakukan akselerasi atau mengubah sinyal, ia hanya meregenerasinya saja.
5. repeater tidak melalukan filter packet atau batasan ongesti/kemacetan.
6. repeater akan melewatkan paket broadcast dan repeater beroperasi di physical layer pada model OSI
Karena repeater tidak melakukan apa-apa terhadap filterisasi atau pembatasan traffic, ia seharusnya dilihat terutama sebagai penghubung workstasion yang jauh, tidak sebagai penambah workstasion tambahan. Dengan kata lain, repeater seharusnya digunakan untuk menambahkan jarak dari jaringan, bukan kepadatannya.
Repeater memiliki batas dalam jumlah penggunaannya. Jumlah repeater terbatas oleh aturan 5-4-3 . Pada aturan ini hanya ada tidak lebih dari 5 segmen dengan tidak ada lebih dari 4 repeater antara 2 terminal. Hanya 3 dari 5 segmen bisa dipopulasikan (yaitu, berisi node atau host). Pada kasus ini sebuah terminal adalah bridge, router atau gateway. Jadi, penambahan bridge mengijinkan penambahan repeater yang digunakan pada LAN.
4.4.3 Switch
Switch adalah hub pintar yang mempunyai kemampuan untuk menentukan tujuan MAC address dari packet. Daripada melewatkan packet ke semua port, switch meneruskannya ke port dimana ia dialamatkan. Jadi, switch dapat secara drastis mengurangi traffic network. Switch memelihara daftar MAC address yang dihubungkan ke port-portnya yang ia gunakan untuk menentukan kemana harus mengirimkan paketnya. Karena ia beroperasi pada MAC address bukan pada IP address, switch secara umum lebih cepat daripada sebuah router.